Hari Rabu, 18 Sept 13 kemarin, saya mendapatkan kabar kurang
menyenangkan dari dokter, belum lagi pengalaman yang "mengejutkan" dan tagihan
obat dan dokter yang "mengejutkan!" juga. Dilanjutkan dengan hari Jumat
kemarin harus test lab. Sabtu ini rasanya energi sudah habis. Rasanya tidak niat
work out dulu deh. Mau istirahat saja seharian di kasur rasanya.
Dalam keadaan seperti ini, masak menjadi sesuatu yang
menyenangkan bagi saya, walau kadang ada waktunya juga malas banget memasak.
Rasa malas ini biasanya semakin pudar jika yang dimasak adalah menu baru, entah
melibatkan bahan makanan baru, bumbu baru, atau nuansa baru. Nah, kali ini saya
(ditengah kondisi yang masih kurang fit) berpikir makanan pedas akan memperparah
kondisi saya (walaupun, saya sedang benar2 craving for hot fiery food!). Akhirnya makanan
berkuah yang panas alternatifnya. Akhirnya ditengah stok bahan makanan yang
terbatas, saya berpikir tentang bahan makanan yang sudah cukup lama dibeli,
namun belum pernah dipakai: Soba!
Sebelum memasak, biarlah saya bercerita sedikit mengenai
apa itu Soba yak. Dalam kuliner Jepang, ada beragam mie yang terdengar atau
setidaknya terasa familiar bagi kita, apalagi jika bukan Ramen (yang justru
aslinya adalah Chinese Style Noodle), juga ada Udon yang mulai familiar (yang
mienya segede-gede kabel listrik tuh), ada Soba, dan Somen yang masih belum
terlalu sering didengar. Nah fokus pembahasan kali ini adalah Soba. Soba ini
adalah furniture empuk yang digunakan untuk duduk... Eh, maafkan, itu namanya Sofa!
Soba (蕎麦 atau そば ) ini adalah sejenis mie yang dibuat dari sejenis gandum yang disebut buckwheat (yang entah kenapa terjemahan Bahasa Indonesianya adalah Gandum Kuda...jadi penasaran mungkin ada gandum sapi atau gandum kucing barangkali?)atau istilahnya adalah soba-ko. Si soba ini ada yang segar dan instan. Saya memakai yang instan. Bentuknya lurus memanjang seperti pasta angel hair, berwarna kecoklatan berbintik-bintik terkesan agak "kotor", hal ini disebabkan proses penggilingannya ikut melibatkan kulit gandumnya. Aromanya, hm... little bit earthy.
Nah ini dia si soba instannya, lihat warnanya yang agak berbintik, bukan bulukan ya! |
Soba ini dapat dimasak dalam berbagai macam gaya, baik dingin maupun panas. Yang paling sederhana adalah direbus, lalu disajikan dengan saus pencelupnya (tsuyu). Hidangan ini disebut Zaru Soba (dinamakan Zaru karena ada tatakan dari jalinan bambu seperti penggulung maki sushi). Nah, karena sejujurnya dalam bayangan saya menyajikan
Zaru Soba akan beresiko saya tidak akan memakannya karena kurang rasa hahaha...
Saya memutuskan untuk membuat satu gaya soba berkuah panas, yaitu Kitsune Soba (きつね蕎麦). Kitsune sendiri adalah Rubah, diceritakan ada dewa dalam mitologi Jepang yang suka sekali dengan tahu goreng yang disebut Aburaage. Makanya cukup banyak makanan Jepang yang dikaitkan dengan si tahu ini (Kitsune Udon, Inari-Zushi).
Saya masih punya abura age di freezer hasil trial
membuat Kitsune Udon beberapa waktu lalu.Jadi setelah belajar sejarah makanan Jepang yang membuat seluruh pembaca blog saya tertidur dan browsing hal lainnya, inilah hasilnya :)
Jadi laper ngga sih lihat aburaagenya? |
Kitsune Soba (きつね蕎麦)
Ingredients:
- 100 gr soba instan
- 400 ml dashi
- 1,5 sdm shoyu
- 0,5 sdm sake
- 1 sdt gula pasir
- 1 sdm mirin
- Aburaage dan bumbunya (2 tahu aburaage, 100 ml dashi, 1/2 sdt sake, 1/2 sdm shoyu, 1 sdm gula pasir)
- Pelengkap: Daun bawang diiris tipis, wakame secukupnya direndam, dan katsuobushi secukupnya
- Aburaage: karena si tahu ini udah dijual dalam keadaan digoreng dan cukup banyak minyaknya, maka kita kurangi terlebih dahulu dengan cara membilasnya dengan air panas, kemudian diperas lembut (jangan pake emosi! nanti hancur...). Jika sudah maka dibelah jadi 2. Didihkan bumbunya dan masukkan tahu, rebus dengan api kecil sampai cairan hampir habis.
- Didihkan air, rebus soba sesuai petunjuk kemasan, angkat, bilas dengan air mengalir untuk menghilangkan kelebihan pati. Taruh dalam mangkuk saji. Tata aburaage yang sudah dibumbui dan wakame diatasnya.
- Didihkan dashi, shoyu, sake, gula pasir, mirin, diamkan dalam keadaaan mendidih selama +/- 15 detik, cek rasanya.
- Tuang kuah dalam mangkuk yang berisi soba dan toppingnya.
- Beri sedikit katsuobushi dan irisan daun bawang.
Bagaimana rasanya?
Sobanya terasa seperti citarasa "baru" di dalam mulut, ada tekstur berbutir ketika dikunyah, ada aroma yang berbeda juga dari sobanya sendiri yang mungkin dirasakan sangat berbeda bagi yang terbiasa memakan mie telur seperti saya. Tapi kesan keseluruhan saya enak dan menyenangkan, karena dengan kuahnya yang ringan, aburaage yang lembut, manis gurih dan penuh rasa, hidangan ini sangat bercitarasa Jepang. Saya masih penasaran, kuahnya sendiri harapannya bisa lebih "mantap" tanpa kehilangan kekhasannya yang ringan. Dicoba deh :)
Btw, Kitsune Soba yg asli ndak ada wakame dan katsuobushinya ya, itu hanya tambahan saya aja, topping sebenarnya di Jepang sana adalah: Aburaage, kamaboko (baso ikan), dan daun bawang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar